Jejak Gedung Setan di Yogyakarta dan Sejarah Tercetusnya Ideologi Freemasonry

 



Sejarah Lahirnya Yogyakarta

Yogyakarta adalah sebuah kota yang lahir sejak era Sultan Hamengkubuwono I atau yang lebih dikenal dengan julukan Pangeran Mangkubumi. Lahirnya Kota Pelajar ini dimulai ketika lahir satu perjanjian tentang pembagian kekuasaan antara Yogyakarta dan Surakarta yang bernama Perjanjian Giyanti. 



Perjanjian Giyanti sendiri adalah perjanjian yang dirancang pada tahun 1755 dimana VOC bertindak sebagai pihak fasilitator pemisahan antara Yogyakarta dan Surakarta.


Barulah pada tahun 1756 Yogyakarta lahir menjadi satu wilayah yang resmi berdiri sendiri, tepatnya pasca pecahnya dinasti Kasultanan Mataram.

Berbicara tentang Jogja, percayakah anda jika di masa pemerintahan Hindia Belanda wilayah Yogyakarta pernah menjadi satu tempat berkembangnya kelompok Freemasonry? 




Mendengar hal ini mungkin sebagian dari kalian tidak percaya, atau justru malah menganggap ini hanyalah sebuah lelucon. 

Berdasarkan situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ada salah satu tempat di Yogyakarta yang dahulu pernah dijadikan sebagai tempat berkumpul (gathering) dan dijadikan Loji (lodge) oleh kelompok Masonik ini.



Dimanakah tempat berdirinya Freemasonry di Yogyakarta? 

Dari web Kemendikbud dikatakan, bahwa tempat yang pernah dijadikan poros perkembangan Freemasonry di Yogyakarta adalah di Gedung DPRD DIY yang kini masih berdiri.




Dahulu gedung ini dinamakan Loji Mataram untuk menjalankan kegiatan Teosofi kaum Freemason. Bahkan, dahulu gedung ini sampai dijuluki sebagai “Gedung Setan” oleh warga Yogyakarta di masa itu. 

Penamaan "Gedung Setan" ini disebabkan karena kegiatan dari kelompok Freemasonry di gedung ini bersifat tertutup, sangat rahasia, kebatinan, dan tanpa melibatkan aktivitas fisik atau tidak berwujud.




Gedung DPRD DIY sendiri berada di Jl. Malioboro No. 54, Suryatmajan, Gedong Tengen, Kota Yogyakarta, DIY. Lebih tepatnya berlokasi di sebelah utara Gedung Kepatihan. 





Lalu, siapa anggota Freemasonry di Yogyakarta? 

Freemasonry berkembang di Hindia Belanda sejak tahun 1870. Misi yang diusung oleh kelompok Freemasonry saat itu ialah pengajaran dan kesetaraan.

Freemasonry di Yogyakarta rata-rata dianggotai oleh orang-orang Masonik dari Belanda yang saat itu menjalankan misi penjajahan di Hindia Belanda. Namun sebagian dari mereka juga terdapat golongan orang-orang pribumi.




Tujuan dibentuknya kelompok Freemasonry pada pokoknya adalah untuk merekatkan tali persaudaraan antar kaum Masonik di Hindia Belanda.

Orang-orang Masonik ini sendiri dapat berasal dari berbagai latar belakang, entah itu dari birokrat, raja, pengusaha, seniman, praktisi, dokter, dan profesi lainnya. 




Bahkan tokoh pendiri Amerika Serikat, Benjamin Franklin, hingga pelukis terkenal Jawa keturunan Arab, Raden Saleh, juga pernah menjadi bagian dari kelompok Freemasonry.

(Raden Saleh, Pelukis terkenal Jawa keturunan Arab)

(Benjamin Franklin, Bapak Pendiri Amerika Serikat)


Orang Yogyakarta pertama yang menjadi Mason?

Lahirnya kelompok Freemasonry di Yogyakarta kemudian menjadi daya tarik tersendiri bagi lingkup bangsawan di Yogyakarta. 

Kabar berdirinya Freemasonry di Yogyakarta kemudian sampai ke telinga orang-orang di Puro Pakualaman. 

Orang pertama dari Yogyakarta yang masuk menjadi anggota Freemasonry adalah Pangeran Aryo Suryodilogo pada tahun 1871. Hal Ini tercantum dalam Catatan Gedenkscriff Paku Alam VII (1931). 

Pangeran Aryo Suryodilogo sendiri adalah seorang tokoh yang kelak menjadi Paku Alam V di bumi Yogyakarta pada tahun 1878, atau tujuh tahun setelah beliau masuk ke Freemasonry. 


Penutup: Sejarah Umum Freemasonry 

(Lukisan Wajah Keluarga Medici)

Freemasonry berkembang sejak abad pencerahan Eropa (1687) atau yang dikenal dengan era Renaisance. Saat itu, Freemasonry bermula dari tanah Italia dimana di Italia lahirlah sebuah keluarga yang punya pengaruh luar biasa bagi peradaban di kala itu, yakni bernama Keluarga Medici. Bahkan, Medici dijuluki sebagai The Godfather of Renaisance.

Keluarga Medici ini kemudian yang mencetak figur-figur penting seperti Leonardo da Vinci, Michelangelo, Galileo, Botticelli, dan lain-lain. 

Pada saat itu, terbit gerakan dari kaum-kaum intelektual Italia tersebut untuk melepaskan diri dari otoritas agama yang dipimpin oleh Paus. Kemudian mereka mendirikan sebuah gerakan yang bernama “Freemason", yang artinya "Tukang Batu yang Berpandangan Bebas”.

(Prananto Gateway)

 
























Komentar

  1. Apakah kalian sudah pernah mendengar Freemasonry? Apakah ada jejak sejarah Freemason di kota kalian? Share disini

    BalasHapus

Posting Komentar